blog how to, blog trick, blog tips, tutorial blog, blog hack

HEADLINE NEWS

INDIE TIME!!!

All, para indie lover ataupun kamu sendiri yang memiliki band indie, ga ada salahnya untuk mempromosikan band indie kalian ke sini apapun genrenya. caranya?? mudah saja!! cukup kirimkan profile band kalian ke nico.black18@gmail.com. Lebih bagusnya lagi kalian memiliki link-link band kalian seperti lagu-lagu kalian, video manggung kalian, web,dsb. Semuanya akan kami posting. seru kan?ayo kirim ke sini, nico.black18@gmail.com salam Indie \m/

Killing Me Inside: Dua album di tahun 2010

Sudah sibuk tur, sibuk pula bikin album.

( Penulis : Teguh Andrianto )

Killing Me Inside sekarang sedang sibuk-sibuknya. Selain jadwal panggung yang padat, mereka juga menargetkan diri mereka punya album baru di tahun ini.

Album yang baru lebih jualan sepertinya?

Salah satu alasannya mungkin. Tapi alasan utamanya lebih kepada musikalitas kami yang berkembang.

Habis nanti main terlalu pelan diomelin fans, kalau terlalu keras diomelin sama anak metal. Hahahaha.

Lagian kalau dulu kan bikin lagu nggak mikir. Sekarang harus dipikirin matang-matang. Takut ngecewain yang dengar.

Ada yang istimewa di tahun ini?

Kami berencana ngeluarin dua album. Materi sih udah ada. Kami juga bakal mempersiapkan diri untuk pembuatan video klip ke-2 yang rencananya dilakukan sehabis Lebaran.

Avenged Sevenfold : Akhirnya Berangkat Tur Keluar Amerika

Akhirnya A7x berangkat tur ke luar Amrik.

( Penulis : Rastiaka Atha Hestaviyasa )

Kelar pemanasan melakukan tur di daratan Amrik, akhirnya kepastian mereka untuk melakukan tur dunia pun terjawab sudah. Tur luar Amrik ini sendiri bakalan dilakukan di bulan Oktober dan November besok, jack! Sejauh ini Inggris menjadi negara pertama yang mereka sambangi.

Serunya lagi, a7x nggak jalan tur sendirian, mereka menggandeng Stone Sour sebagai partner berbagi panggung. Bawain materi baru plus dibantu Mike Portnoy, bakalan gokil pasti nih! Kira-kira mampir lagi nggak ya ke Indonesia?

Simple Plan : Siap Rekaman (Lagi)

Tanpa ragu, mereka telah mempersiapkan 65 lagu.

( Penulis : Rastiaka Atha Hestaviyasa )

Kabar terbaru dari Simple Plan. Setelah lama nggak mengeluarkan materi baru, akhirnya mereka kini telah siap untuk kembali masuk dapur rekaman guna mempersiapkan album studio mereka yang keempat. Beberapa waktu lalu band yang digawangi oleh Pierre Bouvier (vokal), Jeff Stinco (gitar), Sébastien Lefebvre (gitar), David Desrosiers (bass) dan Chuck Comeau (drums) telah berangkat ke vancouver, Kanada guna mempersiapkan segala sesuatunya untuk rekaman album terbaru mereka ini. Album ini sendiri bakalan diprodusrei oleh Brian Howes yang telah memproduseri band seperti Boys Like Girls, Daughtry, Hedley dan beberapa musisi ternama lainnya.

Dikutip langsung dari simpleplan.com, Pierre cs nggak tanggung-tanggung mereka sudah mempesiapkan sebanyak 65 lagu hasil pengerjaan mereka selama ini yang nantinya bakalan diseleksi lagi untuk dirangkum dalam album keempat mereka ini. Prosesnya sendiri akan langsung berjalan setelah Simple Plan melakukan konser mereka di China dalam waktu dekat ini.

Wah, jadi penasaran. Kalo sudah jadi, main ke Indonesia lagi ya!

Pete Wentz : Pamer Vokalis Baru

Walaupun tanpa pengalaman, Wentz tetap yakin jika vokalis barunya mumpuni dalam bernyanyi.

( Penulis : Rastiaka Atha Hestaviyasa )

Masih ingat Pete Wentz dengan proyek musik barunya, Black Cards? Setelah membocorkan potongan lagunya, baru-baru ini bekas salah satu punggawa Fall Out Boy ini akhirnya memperkenalkan seorang cewek yang didaulatnya menjadi vokalis dalam proyek musik tersebut. Dikutip dari Altpress.com, namanya adalah Bebe Rexha, seorang cewek yang ditemukannya secara nggak sengaja dan belum mempunyai pengalaman musik secara profesional. Modal untuk menarik perhatian Wentz adalah beberapa aksi bernyanyinya yang ada di YouTube dan rekaman suaranya di halaman MySpacenya. Katanya sih karakter vokalnya sesuai banget dengan musik dari Black Cards.

New Found Glory : Pancingan Video Baru

Pancingan yang satu ini sukses bikin penggemarnya penasaran.

( Penulis : Rastiaka Atha Hestaviyasa )

Lama nggak terdengar kabar akhirnya New Found Glory (NFG) kembali menyapa penggemarnya lewat lagu mereka Truck Stop Blues. Lagu yang tergabung dalam album studio Not Without A Fight yang sukses dirilis tahun 2009 lalu ini memang bukan hal yang baru untuk penggemar mereka di seluruh dunia. Nggak hanya sekedar lagu, tetapi Jordan Pundik cs juga sudah menyiapkan video klip yang nggak kalah serunya.

Sayangnya, dedengkot melodic punk belum mau merilis video klip terbaru mereka ini secara keseluruhan dan hanya potongan video tersebut selama 28 detik. Nggak lain karena video tersebut juga dijadikan bahan promosi dari tur mereka bersama Paramore di gelaran Honda Civic Tour dalam waktu dekat ini. Penasaran seperti apa videonya? Tenang, kalian bisa lihat langsung di SINI!

Video keren, konsernya juga keren. Kita cuma bisa mupeng di sini. Halah!

Sumber: http://www.hai-online.com/Hai2/Latest-Issue/Music/Pete-Wentz-Pamer-Vokalis-Baru

Time Is On My Side

Google Translate

Tell Me


ShoutMix chat widget

Ads

Online Guess

Pengikut

itsmyhero (Bali)

Jumat, 16 Juli 2010




itsmyhero merupakan sebuah band indie lokal dari pulau Dewata, Bali. Band ini berdiri pada tahun 2009 dengan genre power pop, screamo, alternative. band ini mengambil influence dari beberapa band luar seperti Attack Attack, Enter Shikari, Alessana, dan sejenisnya.

Pada Agustus 2009, band ini telah mengeluarkan mini album yang diberi nama "From Nothing To Be Something" dengan 4 lagu yang sudah bisa di download di 4shared.com.

Pengalaman manggung mereka dapat dikatakan sudah cukup lumayan dengan seringnya menjadi guess star dalam berbagai event di Bali. Salah satu single hits mereka dengan judul "Langkah Ilusi" sempat memasuki chart no 4 pada tangga hits indie di salah satu radio lokal di Bali. Dan sempat pula meraih chart no 2 pada sebuah situs web di Indonesia. Lagu lain mereka berjudul "Promise Of Lifetime" juga masuk dalam kompilasi indie di Bali dan Medan. Wah, lumayan juga progress band ini, baru berumur 1 tahun tapi sudah masuk chart dan kompilasi. Well, mari kita support terus band lokal indie seperti ini.

Personil band itsmyhero:
1. Ardan Samudra / Vocal, Lead Guitar
2. Gusde Mahendra / Melody
3. Junk Mayun / Bass
4. Bayu Wirama / Drum, Backing Vocal
5. Nico Swan / Piano, Syntheseizer

Contact Person:
Nico --> 0818553424

Band Visit:
http://www.myspace.com/itsmyhero

Facebook:

Group --> http://www.facebook.com/nico.swan?cropsuccess#!/pages/itsmyhero-Bali/198473032103?ref=ts

Friend --> http://www.facebook.com/photo.php?pid=31329112&id=1496935792#!/profile.php?id=100000032163903&ref=ts
Read Full 3 komentar

L'Arc~en~Ciel (ラルク アン シエル,)


L'Arc~en~Ciel (ラルク アン シエル Raruku An Shieru?) adalah nama grup musik Jepang beraliran J-Rock. Band ini beranggotakan Hyde (vokal), Ken (gitar), Tetsu (bass), dan Yukihiro (drum). Grup musik ini didirikan oleh Tetsu pada Februari 1991. Nama "L'Arc~en~Ciel" berasal dari sebuah kata dalam bahasa Perancis yang secara harfiah berarti "lengkungan di langit" atau "pelangi", nama ini diambil dari judul sebuah film Perancis yang pernah ditonton oleh Tetsu.

Di Jepang saja, band ini telah menjual lebih dari 25 juta kopi album dan single.

Mantan personel yang sempat memperkuat band ini:

  • Sakura (drum) (1992-1997) digantikan oleh Yukihiro karena memakai narkoba dan masuk penjara.
  • Hiro (gitar) (1991-1992)
  • Pero (drum) (1991-1992)


Awal terbentuk


Osaka, sekitar awal tahun 1991 dua orang anak muda bernama Tetsu dan Hiro membentuk sebuah grup band. Tetsu berperan sebagai bassis berikut vokal sementara Hiro sebagai gitaris. Pada waktu itu Hyde masih menjadi gitaris di sebuah band bernama Kiddies Bomb, yang kemudian berganti nama menjadi Jerusalem’s Rod dan Hyde berganti posisi menjadi vokalis (meskipun pada saat itu ia sama sekali tidak tertarik dengan perannya tersebut).

Pada suatu hari Tetsu menyaksikan penampilan grup band tersebut untuk kali pertama. Ketika itu ia merasa yakin bahwa Hyde adalah orang yang tepat untuk mengisi posisi vokal di grup band-nya. Maka selama beberapa waktu ia terus mengikuti penampilan band tersebut, hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Hyde dan rekannya di Jersarem’s Rod, Pero untuk bergabung dengannya. Setelah beberapa kali melakukan session, Hyde akhirnya memutuskan untuk meninggalkan band lamanya dan bergabung bersama band Tetsu. Maka terbentuklah formasi paling awal L’Arc~en~Ciel, yakni Tetsu (bass sekaligus pemimpin band), Hyde (vokal), Hiro (gitar), dan Pero (drum).

Nama L’Arc~en~Ciel sendiri diusulkan oleh Tetsu yang terinspirasi oleh sebuah film Perancis yang berjudul sama. L’Arc~en~Ciel diambil dari Bahasa Perancis yang memiliki arti PELANGI.

Penampilan live pertama mereka yaitu pada tanggal 30 Mei 1991 di Nanba Rockets. Bahkan ketika itu sang pemilik panggung berpikir bahwa L’Arc~en~Ciel akan menjadi sangat terkenal, dan hal itu terbukti beberapa tahun kemudian.

Pengunduran diri Hiro & masuknya Ken

Pada bulan Juni 1992 tanpa alasan yang jelas, Hiro mengundurkan diri tepat sebelum mereka akan memulai demo rekaman. Setelah berbagai macam persiapan yang telah mereka lakukan sebelumnya untuk rekaman, misalnya mereka telah menyewa studio dan lain sebagainya, tentu akan sangat konyol apabila mereka membatalkannya. Maka Tetsu kemudian membujuk Ken, teman masa kecilnya untuk membantu dalam pembuatan demo. Ken menyanggupinya dan pada waktu itu ia harus menghafal seluruh lagu yang akan dimasukkan ke dalam album dalam waktu yang cukup singkat, yakni 5 hari, akan tetapi ia mampu melakukannya, dan proses rekamanpun akhirnya dapat selesai dalam 3 hari.

Akan tetapi muncul masalah baru, mereka harus manggung, namun Ken pada saat itu masih berstatus mahasiswa jurusan Arsitektur semester akhir di sebuah perguruan tinggi di Nagoya. Tentunya akan sulit melakukan dua kegiatan sekaligus, kuliah dan nge-band. Akhirnya hanya dalam tempo 3 hari saja Ken mengambil satu langkah berani dengan memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliahnya dan bergabung dengan L’Arc~en~Ciel (meskipun pada saat itu ia tidak begitu yakin akan masa depannya di musik). Keputusannya itu tentu saja ditentang habis oleh orang tuanya yang menginginkan ia menjadi seorang sarjana. Akibatnya ia diusir dari rumah dan tidak pernah bertegur sapa lagi dengan orang tuanya.

Pada tanggal 1 Oktober 1992, mereka merekam Voice untuk album Omnibus CD bertajuk “Gimmick”. Beberapa minggu kemudian, tepatnya tanggal 25 November 1992 mereka merilis single pertamanya yang berjudul Flood of Tears (c/w Yasuoka) sehingga aktivitas panggung mereka bertambah padat dan penggemar pun mulai bertambah.

Masuknya Sakura

Tanggal 30 Desember 1992 lagi-lagi L’Arc~en~Ciel harus kehilangan salah satu anggotanya. Pero mengundurkan diri tepat setelah penampilan live mereka di Osaka Music Hall. Maka kemudian Tetsu mulai mencari drummer pengganti, ia lebih memilih untuk mencarinya di Tokyo, toh pada saat itu ia pikir pada akhirnya mereka akan merantau ke Tokyo.

Pada suatu hari ia melihat penampilan Sakura yang langsung menarik perhatiannya. Kemudian Tetsu mencoba mengajaknya bergabung bersama L’Arc~en~Ciel dengan cara mengirimkan demo tape kepada Sakura. Lantas Sakura pun pergi ke Osaka untuk melakukan jam session bersama mereka. Dan setelah itu ia secara resmi bergabung dengan L’Arc~en~Ciel pada 16 Januari 1993.

Album perdana

Pada tanggal 10 April 1993, album pertama mereka sebagai band indies, yang bertajuk DUNE dirilis dan meraih kesuksesan. Album tersebut berhasil meraih posisi puncak di Oricon Indies Chart (Tangga Lagu Terpopuler di Jepang) pada bulan Mei, dan hanya dalam tempo 3 bulan berhasil terjual sebanyak 20.000 keping CD. Hal tersebut membukakan kesempatan bagi mereka untuk tampil di dalam konser band-band indies “Karei naru masho” yang diadakan di Shibuya Kokaido, yang ketika itu disaksikan oleh sekitar 2000 penonton. Maka popularitas L’Arc~en~Ciel mulai berkembang tidak hanya di Osaka, namun sudah mulai merambah ke Tokyo. Dan pada bulan September 1993 mereka pindah ke Tokyo untuk meningkatkan karier mereka (meskipun Hyde tidak terlalu menyukai gagasan pindah ke Ibukota Jepang tersebut).

Memasuki label musik besar

Video single mereka Nemuri Ni Yosete dirilis pada tanggal 1 Juli 1994, menyusul dua minggu kemudian, yakni pada tanggal 14 Juli 1994 album kedua mereka TIERRA yang merupakan album pertama mereka yang berlabel major. Sekaligus juga menjadi hari pertama tur Sense of Time. Pada tanggal 9 September di tahun yang sama, mereka melawat ke Maroko dalam rangka pembuatan video Siesta ~film of dream~, yang merupakan kali pertama bagi mereka bekerja di luar Jepang, tentunya menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan bagi mereka. Film tersebut dirilis pada akhir tahun tersebut.

Pada tanggal 21 Oktober 1994, single pertama mereka dengan Sony dirilis, dengan judul Blurry Eyes. Lagu ini dijadikan lagu tema untuk salah satu produksi serial animasi Jepang yang berjudul D.N.A^2. Kemudian pada tanggal 1 Desember di tahun tersebut Fans Klub Resmi L’Arc~en~Ciel, “CIEL” didirikan. Lalu pada awal tahun 1995, mereka mengadakan tur khusus bagi para anggota fans klub yang diberi judul Ciel/winter ‘95.

Tanggal 21 Mei 1995 merupakan tanggal di mana single video berjudul and She Said dirilis dan merupakan hari pertama dari rangkaian tur di 19 kota di Jepang yang bertajuk In Club ‘95. Dan pada 6 Juli, single kedua mereka yang berjudul Vivid Colors dirilis. Lagu tersebut menjadi lagu ending Guru Guru 99, dan side B dari lagu tersebut, Brilliant Years dijadikan lagu ending untuk acara “Shin dora” di Nippon-TV (NTV).

Heavenly

Album ketiga mereka, HEAVENLY dirilis pada tanggal 1 September 1995. Pertama kalinya album mereka masuk ke Oricon Chart (major label band) langsung di posisi ketiga. Dalam album ini sepertinya terjadi perubahan warna musik mereka dibandingkan dengan dua album sebelumnya (bisa dikatakan bahwa musikalitas mereka menjadi semakin matang). Seperti yang diungkapkan Tetsu bahwa mereka mencoba sesuatu yang berbeda dan baru dalam musik mereka.

Tur Heavenly ‘95 dimulai pada tanggal 9 September 1995, tiket untuk pertunjukkan mereka habis (full house) dalam 9 hari sejak peredarannya, bahkan pada hari terakhir tur tersebut tiket terjual habis hanya dalam tempo 28 menit saja! Pada tanggal 22 di bulan yang sama merupakan penampilan perdana mereka di Music Station, sebuah acara pertunjukkan musik nomor wahid di Jepang. Selanjutnya pada tanggal 21 Oktober 1995 single ketiga berjudul Natsu no Yuutsu dirilis. Lagu tersebut digunakan sebagai tema ending untuk acara Televisi-TBS bernama “M-Navi”.

Tanggal 27 Desember mereka mengadakan konser di Nippon Budokan, merupakan tempat yang diidam-idamkan para musisi Jepang untuk dapat tampil di sana.

Di awal tahun 1996 video live pertama L’Arc~en~Ciel, Heavenly ~films~ dirilis bersama 2 buah album foto, yakni “Heavenly X’mas” dan “Heavenly ~films~”. Pada bulan April mereka memulai tur Kiss Me Deadly ‘96. Pada saat itu fans dari kalangan cowok semakin bertambah, yang mana pada mulanya mereka lebih banyak disukai oleh para cewek. Hal tersebut tentu saja semakin meningkatkan kepercayaan diri mereka.

True

Single keempat mereka Kaze ni Kienaide (c/w I’m So Happy) yang dirilis pada tanggal 8 Juli 1996 berhasil menempati posisi keempat pada minggu pertamanya di Oricon Chart. Pada akhir bulan yang sama tur musim panas Big City Nights Round Around ‘96 dimulai, diadakan di tiga kota besar di Jepang, yakni Nagoya, Osaka, dan Tokyo.

September tanggal 20, mereka meluncurkan sebuah buku dokumentasi Artist Fact “IS” yang berisikan informasi dan fakta seputar L’Arc~en~Ciel yang disajikan secara lengkap.

Pada bulan Oktober, single kelima mereka Flower (c/w Sayonara) dirilis dan langsung mengisi posisi kelima pada minggu pertamanya di Oricon Chart. Disusul kemudian dengan single keenam mereka Lies and Truth (c/w Sai wa Nagerareta) yang langsung menempati posisi keenam di minggu pertamanya di Oricon Chart.

Tanggal 12 Desember, album keempat mereka TRUE dirilis. Merupakan album tersukses mereka selama lima tahun terakhir karier mereka, sebab pada minggu pertamanya album tersebut berhasil meraih posisi runner-up di Oricon Chart, dan pada minggu keenamnya berhasil menduduki posisi jawara. Album ini bertahan selama 9 minggu dalam daftar 10 besar di Oricon Chart. Tanggal 23 mereka memulai tur mereka yang bertajuk Carnival of True menggelar 10 konser di berbagai penjuru Jepang, diawali di Osaka Jyo Hall.

Keluarnya Sakura Bulan April 1997 akan selalu tercatat dalam sejarah perjalanan karier L’Arc~en~Ciel sebagai masa-masa mimpi buruk. Bagaimana tidak, di tengah kegemilangan yang berhasil dicapai oleh mereka, Sakura, dengan terpaksa harus meninggalkan rekan-rekannya di L’Arc~en~Ciel setelah selama kurang lebih lima tahun bersama-sama merintis kesuksesan di pentas musik Jepang khususnya. Ia mesti rela didepak dari posisinya sebagai drummer L’Arc~en~Ciel setelah terkait dengan kasus kepemilikan serta penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Peristiwa tersebut berimbas pada pembatalan seluruh aktivitas Laruku seperti peluncuran single mereka The Fourth Avenue Cafe dan tur yang telah dijadwalkan. Bahkan semua merchandise mereka ditarik dari pasaran!

Meskipun rekan-rekan Sakura di Laruku tidak menginginkannya pergi, namun atas kehendak perusahaan rekaman dan produser, ia sejak bulan April mundur dari Laruku. “Aku sangat menyesal, aku telah melakukan hal yang sangat bodoh, dan tak pantas untuk dimaafkan. Aku tidak berhak lagi untuk tetap berada di dalam band, semua ini salahku. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi L’Arc~en~CIel, aku berharap agar mereka tetap berjuang dan semoga semakin sukses di masa mendatang”, itulah kata-kata perpisahan yang diucapkan oleh Sakura ketika ia meninggalkan Laruku.

Yang paling terpukul dalam peristiwa ini adalah Hyde, sebab di antara rekan-rekannya yang lain ia dan Sakura merupakan sahabat yang paling dekat. Maka sejak insiden tersebut, anggota Laruku tinggal tersisa tiga orang.

Masuknya Yukihiro

Setelah kepergian Sakura, Tetsu segera mencari drummer pengganti. Suatu ketika ia mendengar Yukihiro, eks-Zi:Kill dan Die in Cries yang keduanya telah disbanded atau membubarkan diri. Tetsu tertarik dengan permainan drumnya, maka selanjutnya disusunlah rencana pendekatan oleh Tetsu. Menurut kabar yang beredar, Tetsu dan Yukihiro berkenalan lewat game Evangelion, di mana Tetsu meminta Yukihiro untuk mengajarinya permainan tersebut. Lantas Tetsu berbicara dengan Yukihiro mengenai peristiwa menyedihkan yang menimpa grup bandnya. Bak gayung bersambut, Yukihiro menawarkan bantuannya kepada Tetsu untuk proses rekaman Niji.

Akhirnya single ketujuh L’Arc~en~Ciel yang berjudul Niji—bahasa Jepang, yang memiliki arti yang sama dengan L’Arc~en~Ciel, yaitu Pelangi—dirilis pada tanggal 17 Oktober 1997. Single ini mampu menerobos posisi 3 di Oricon Chart pada minggu pertamanya. Berkaitan dengan judulnya, Hyde mengatakan bahwa judul lagu tersebut menggambarkan perjalanan karier mereka yang pada awalnya banyak dikhawatirkan orang akan segera berakhir karena masa-masa yang sangat buruk, akan tetapi kemudian mereka muncul kembali, bagaikan keindahan pelangi yang muncul di langit setelah gelapnya hujan. Dan lagu tersebut menjadi soundtrack Rurouni Kenshin (Samurai X) the movie.

Selama kurun waktu 1997, di Laruku, Yukihiro berperan sebagai additional player. Hingga pada 1 Januari 1998 ia secara resmi menjadi personil tetap L’Arc~en~Ciel.

Kelahiran kembali L’Arc~en~Ciel muncul kembali secara resmi sejak tanggal 13 Desember 1997 dengan menggelar konser berjudul Reincarnation yang digelar di Tokyo Dome. Pada saat itu Laruku terdiri dari tiga orang personil resmi, yaitu Hyde (vokal), Tetsu (bass), Ken (gitar) dan satu personil tambahan (additional player/supported player) di posisi drummer, yakni Yukihiro.

Baru pada tanggal 1 Januari 1998, Yukihiro secara ofisial bergabung dengan L’Arc~en~Ciel menggantikan Sakura yang telah resmi keluar dari Laruku sejak 4 November 1997. Meskipun demikian, masuknya Yukihiro ke L’Arc~en~Ciel menciptakan suatu polemik di kalangan fans mereka, ada yang pro dengan kedatangan Yukihiro ada juga yang kontra. Memang cukup wajar seandainya masih banyak fans yang belum bisa menerima kepergian Sakura, sebab bagaimanapun juga Sakura telah menjadi bagian dari Laruku selama lima tahun yang bisa dikatakan tidak sebentar, bahkan ia turut mewarnai musik L’Arc~en~Ciel dengan style drumnya.

Akan tetapi ada satu hal yang patut dicatat, bahwa semenjak pergantian personel dari Sakura ke Yukihiro, terjadi transformasi image dari L’Arc-en-Ciel, yang semula penampilan mereka lebih bercorak visual yang kecewek-cewekan, secara bertahap berubah menjadi lebih maskulin.

Brilliant Year "A Piece of Reincarnation, menjadi salah satu bukti kebangkitan kembali L’Arc~en~Ciel di percaturan musik Jepang."

Setelah insiden yang mencoreng wajah L’Arc~en~Ciel pada tahun 1997 dan pergantian personil pada awal 1998 tidak berarti mereka kehilangan penggemarnya, hal itu dibuktikan dengan habisnya 56.000 lembar tiket konser Reincarnation dalam rentang waktu hanya 4 menit! Bahkan menginjak tahun 1998 karier mereka semakin menanjak. Bisa dibilang bahwa tahun 1998 merupakan masa keemasan Laruku, di mana pada tahun tersebut hampir semua single dan album yang mereka rilis berhasil meraih kesuksesan dan berbagai penghargaan. Mereka adalah artis paling sibuk pada saat itu.

Diawali pada akhir bulan Januari dengan meluncurkan single ke delapan mereka berjudul Winter Fall yang menjadi single pertama mereka yang mampu menduduki posisi jawara di Oricon Chart. Pada tanggal 25 Februari 1998 album kelima L’Arc~en~Ciel, HEART diluncurkan, hebatnya album ini selain mampu mencapai posisi puncak Oricon Chart, angka penjualannya pun mencapai 1 juta kopi dalam minggu pertamanya! Tanggal 25 Maret, single ke sembilan Dive to Blue dirilis dan berhasil pula menapaki posisi pertama di Oricon Chart. Selanjutnya pada tanggal 22 April, video A Piece of Reincarnation diluncurkan dan lagi-lagi menjadi nomor satu di Oricon Chart selama dua minggu berturut-turut.

Tanggal 1 Mei 1998, tur Heart ni hi wo tsukero! -Light My Fire- dimulai dan berakhir tanggal 21 November, merupakan tur terpanjang L’Arc~en~Ciel dengan 56 penampilan di 43 kota berbeda di seluruh penjuru Jepang.

Tanggal 8 Juli 1998, mereka mencatatkan diri dalam sejarah musik Jepang sebagai musisi pertama yang merilis 3 buah single secara bersamaan sekaligus, yakni Honey, Shinshoku~LoseControl~, dan Kasou. Bahkan ketiganya mampu mencetak angka penjualan sebanyak 1.000.000 kopi dalam waktu singkat. Lebih hebat lagi, pada tanggal 27 Juli, Honey dan Shinshoku~lose control~ secara berurutan menempati posisi satu dan dua di Oricon Chart. Patut diketahui juga bahwa lagu Shinshoku~lose control~ merupakan salah satu original soundtrack untuk film GODZILLA yang terkompilasi dalam album OST. Godzilla khusus untuk Asia saja.

Setelah menyelesaikan tur Light My Fire, Laruku kembali merilis dua buah single, yakni Snow Drop pada tanggal 7 November dan Forbidden Lover tepat seminggu kemudian. Melalui dua single ini, lagi-lagi Laruku mencatatkan diri dalam sejarah musik Jepang sebagai musisi pertama di Jepang yang dua singlenya berhasil mencapai posisi pertama dan kedua dalam waktu bersamaan sebanyak dua kali, karena pada tanggal 26 November, Forbidden Lover berada di puncak dan Snow Drop mengikuti di posisi runner-up . Awal Desember, mereka meluncurkan benda-benda koleksi resmi L’Arc~en~Ciel seri pertama di seluruh Jepang. Kegiatan terakhir L'Arc~en~Ciel di tahun 1998 adalah peluncuran video konser Light My Fire pada tanggal 23 Desember.

Real
Tahun 2000 mereka awali dengan merilis double maxi single Neo Universe/finale pada tanggal 19 Januari, disusul kemudian Stay Away. Tanggal 20 Juni, album ECTOMORPHED WORK dirilis. Album tersebut berisikan beberapa lagu L’Arc~en~Ciel sebelumnya yang telah di-remix oleh Yukihiro (sangat menarik!) dan album selanjutnya REAL pada tanggal 20 Agustus 2000.

Tur konser Realive digelar dari bulan Oktober hingga Desember yang terbagi dalam dua sesi, yang pertama Realive Club Circuit 2000 dan yang kedua Realive Dome Tour 2000. Bedanya, pada sesi yang pertama, konser diadakan di tempat-tempat semacam klub yang hanya mampu menampung sedikit audiens dengan panggung yang relatif kecil. Sedangkan pada sesi kedua, layaknya konser-konser L’Arc~en~Ciel terdahulu, dengan penonton yang banyak dan panggung yang besar.

Memasuki tahun 2001, mereka merilis album Clicked Singles Best 13th pada tanggal 14 Maret yang merupakan kumpulan lagu-lagu terbaik L’Arc~en~Ciel berdasarkan hasil pemungutan suara (voting) yang dilakukan oleh jutaan fansnya di seluruh penjuru dunia melalui internet, plus satu single baru Anemone. Dan yang terakhir di tahun tersebut adalah peluncuran single mereka Spirit Dreams Inside (c/w Spirit Dreams Inside-another dream-) pada tanggal 9 Mei 2001 yang juga merupakan soundtrack-nya Final Fantasy The Movie (Spirits Within) dan juga termasuk ke dalam album soundtrack FF The Movie.

Setelah itu mereka mulai sibuk dengan proyek solo masing-masing. Kita dapat melihat karakter musik yang berbeda-beda dari masing-masing personil L’Arc~en~Ciel.

Solo karier masing-masing personel
Diawali oleh Tetsu yang membentuk band bernama TETSU69, pada tanggal 18 Juli 2001 menelurkan single pertamanya yang berjudul wonderful world (c/w tightrope). Disusul Shinkirou dan Fifteen a Half pada pertengahan tahun 2002. Single terakhirnya sebelum meluncurkan album perdananya yang berjudul Suite November adalah WHITE OUT.

Yukihiro tak mau ketinggalan, bersama band bentukannya Acid Android ia telah merilis dua album, acid android dan fault selain sebuah single yang berjudul ring the noise yang dijadikan soundtrack sebuah Game yang berjudul Devil May Cry.

Hyde, sang vokalis, dianggap sebagai personel Laruku yang paling sukses dalam bersolo karier. Dimulai dengan peluncuran single pertamanya berjudul evergreen, ia kemudian merilis dua single lainnya, yakni angel’s tale dan Shallow Sleep yang selanjutnya dikompilasikan dalam album yang diberi judul Roentgen dan Roentgen~english ensemble~. Belum puas juga, ia kembali melemparkan dua single Hello dan HORIZON berturut-turut pada Juni dan November 2003. Selanjutnya kedua single tersebut dapat kita temukan dalam album kedua Hyde yang berjudul 666. Tak hanya di musik, Hyde pun berhasil merambah layar lebar. Sejauh ini sudah dua judul film ia bintangi, yakni MoonChild dan Kagen no Tsuki~Last Quarter.

Ken yang mulanya adem-adem saja akhirnya tersulut juga untuk melakukan kerja solo. Ia membentuk sebuah band yang dinamakannya Sons of All Pussys atau sering disingkat menjadi S.O.A.P. Yang menarik, dalam band tersebut, Ken kembali reuni-an dengan Sakura, eks-drummer L’Arc~en~Ciel. Bersama S.O.A.P, dari sejak Februari 2002 hingga Juli 2004, ia sudah mengeluarkan tiga mini album, di antaranya GRACE, gimme A guitar, dan high serta sebuah single yang judulnya Paradise.

Kembalinya L'Arc~en~Ciel & debut konser di AS Setelah vakum selama tiga tahun dengan spekulasi tentang kemungkinan bubarnya band ini, L’Arc~en~Ciel mengejutkan fans mereka dengan mengumumkan sebuah seri dari tujuh konser yang diberi judul Shibuya Seven Days, yang diikuti dengan perilisan single baru mereka. Berada di peringkat atas tangga lagu dan dipakai sebagai lagu pembuka animasi Fullmetal Alchemist, READY STEADY GO dijual di bulan Februari 2004. Mengikuti perilisan single berikutnya, L’Arc~en~Ciel kemudian merilis album yang banyak ditunggu-tunggu, SMILE, pada tanggal 31 Maret.

L'Arc~en~Ciel juga melakukan konser yang diberi nama SMILE Tour pada musim panas di tahun tersebut. Di konser itu juga disertakan sisi lain dari L'Arc~en~Ciel, yaitu P'Unk~en~Ciel. Mereka melakukan change member di lagu Milky Way yang di aransemen ulang menjadi lagu punk. Posisi vokal diambil alih oleh Tetsu, Hyde pada gitar, Ken di drum dan Yukihiro bergeser menjadi bass. Di konser ini juga dibawakan lagu mereka Jiyuu e no Shotai (Invitaion to Freedom) yang menjadi single untuk album baru mereka.

Tanggal 31 July 2004 L’Arc~en~Ciel hadir sebagai bintang tamu di hadapan 12,000 orang penonton pada acara konvensi anime Otakon yag diadakan di Baltimore, Maryland. Ini merupakan penampilan pertama band ini di USA. Melihat respons yang luar biasa dari para fans, Tofu Records, label Sony Music Jepang di Amerika menandatangani kontrak dengan band ini di bulan Mei 2005 dan merilis sebuah DVD untuk debut live mereka di Amerika Utara.

Mengikuti dirilisnya beberapa single dan sebuah album baru, AWAKE di 2005, band ini kemudian mengadakan tur Jepang sebelum memulai tur ASIA LIVE 2005, yang membawa band ini ke Seoul di Korea dan Shanghai di Cina. Sebelu kembali ke Tokyo untuk dua pertunjukan utama.

Setelah menutup tur mereka, perhatian para anggota band ini kembali terfokus pada kegiatan kegiatan solo mereka. tetsu merekam beberapa single dan sebuah album dengan Creature Creature. Serta merilis sebuah single atas nama dirinya sendiri. Sementara yukihiro kembali pada acid android dan merilis sebuah single. Kemudian ia beserta acid android menyertai MUCC dalam dua petunjukan di Shanghai. hyde menggubah lagu Glamorous Sky untuk film yang diangkat dari manga NANA dan dinyanyikan oleh Mika Nakashima. Ia juga merilis dua single dan album lain berjudul FAITH, yang membawanya dalam tur panjang di Jepang serta mengadakan pertunjukan di California. Terakhir dalam masa vakum band ini, ken merilis sebuah single solo, Speed.

Pada tanggal 25 November dan 26th, 2006, L'Arc-en-Ciel menggelar dua konser di Tokyo Dome, untuk merayakan ulang tahun mereka ke 15. Berjudul L'Anniversary. Tiket tersebut terjual hanya dalam kurun waktu 2 menit , mengalahkan rekor penjualan tiket mereka sebelumnya.Sebuah jajak pendapat telah dibuat pada website resmi selama seminggu sebelum konser yang mengizinkan para fans untuk memilih lagu yang mereka ingin dengar di acara itu.Konser tersebut kemudian ditampilkan pada saluran WOWOW pada 23 Desember 2006. Dan juga disiarkan pada 8 Februari 2007 di MTV Korea.

L'Arc-en-Ciel kemudian merekam lagu "Shine" yang akan digunakan sebagai lagu pembuka untuk anime yang akan disiarkan di NHK, Guardian of the Spirit.Mereka Menggelar Mata Heart Ni Hi Wo Tsukero 2007 Tour di Jepang.L'Arc-en-Ciel merilis single Seventh Heaven pada 30 Mei 2007, yang menjadi posisi teratas di Oricon charts.Lagu My Heart draws a Dream, yang digunakan dalam iklan mobil Subaru, dirilis 29 Agustus, 2007, dan lagu tersebut langsung menempati tangga teratas pada Oricon charts.Lagu Daybreak's Bell yang dirilis pada 10 Oktober 2007,digunakan sebagai Soundtrack pembuka untuk anime Mobile Suit Gundam 00.dan kembali menduduki peringkat teratas dalam Oricon Charts.Sejak dari 14 November ke 25 Desember 2007, dirilislah Hurry Xmas, bersamaan dengan dua DVD baru yang keluar pada bulan September dan Desember, yang berjudul 15th L'Anniversary Live and Chronicle 3 respectively.Album terbaru mereka Kiss, dirilis pada 21 November 2007, menduduki tangga lagu pertama di posisi nomor satu di Oricon chart.

L'Arc~en~Ciel mengadakan tur yang bernama "Theater of Kiss Tour".yang diselenggarakan pada 22 Desember 2007 sampai 17 Februari 2008.lagu Drink it Down,digunakan sebagai lagu pembuka versi Jepang untuk game PS3/Xbox 360 Devil May Cry 4.telah dirilis sebagai single pada 2 April 2008, dan menduduki tempat teratas di Oricon weekly charts. Discography

Album

Album Sampul Judul Track lagu (contoh) Tanggal rilis
1 Dune.jpg DUNE [Limited Edition] Shutting from the Sky
Voice
Taste of Love
Ushinawareta Nagame (失われた眺め)
Floods of Tears
10 April 1993
2 Tierra-L'Arc-.jpg Tierra In the Air
All Dead
Blame
Hitomi ni Utsuru Mono (瞳に映るもの)
Blurry Eyes
14 Juli 1994
3 Heavenly.jpg Heavenly Still I'm with You
Vivid Color
C'est la Vie
1 September 1995
4 True-L'Arc-.jpg True Fare Well
Kaze ni Kienaide (風にきえないで )
Flower
I Wish
12 Desember 1996
5 HEART.jpg Heart Winter Fall
Shout at the Devil
Milky Way
Anata(あなた)
25 Februari 1998
6 Ark-L'arc-.jpg Ark Forbidden Lover
Heaven's Drive
Driver’s High
Shinjitsu to Gensou To (真実と幻想と)
1 Juli 1999
7 Ray-L'arc-.jpg Ray Shi no Hai (死の灰)
It's the End
Sell my Soul
L'Heure
1 Juli 1999
8 REAL.jpg Real Get out from the Shell
Dive To Blue
Route 666
All Year Around Falling in Love
30 Agustus 2000
9 SMILE-L'arc-.jpg Smile Ready Steady Go
Lover Boy
Feeling Fine
Hitomi no Jyuunin
31 Maret 2004
10 AWAKE.jpg Awake New World
Jojoushi (叙情詩)
Jiyuu e no Shoutai (自由への招待)
Twinkle Twinkle
Killing Me
22 Juni 2005
11 Kiss cover larc-en-ciel.jpg Kiss Seventh Heaven
Link
My heart draws a dream
Daysbreak Bell
Hurry Xmas />Yuki no Ashiato
21 November 2007
12
Bless Bless 27 Januari 2010

Sumber: Wikipedia
Read Full 3 komentar

The Who






The Who adalah grup musik rock Inggris yang dibentuk pada tahun 1964. Formasi utama terdiri dari vokalis Roger Daltrey, gitaris Pete Townshend, pemain bas John Entwistle, dan pemain drum Keith Moon. Mereka dikenal dengan konser-konser yang energetik, termasuk perintis tontonan penghancuran instrumen di atas panggung.[1][2] The Who telah menjual lebih dari 100 juta keping rekaman, dan sukses menempatkan 27 singel ke dalam urutan tangga lagu Top 40 di Britania Raya dan Amerika Serikat, serta 17 album dalam tangga album Top 10. Di Amerika Serikat, mereka pernah menerima 18 piringan emas, 12 platina, dan 5 multiplatina untuk kelarisan album-album mereka.

The Who naik ke puncak ketenaran di Britania Raya dengan serangkaian singel yang masuk urutan 10 teratas tangga lagu, dimulai Januari 1965 dengan lagu "I Can't Explain". Kepopuleran The Who sebagian di antaranya dibantu dengan adanya pemutaran lagu-lagu mereka oleh radio-radio gelap seperti Radio Caroline. Mereka melanjutkannya dengan album My Generation (1965), A Quick One (1966), dan The Who Sell Out (1967). Album My Generation dan A Quick One masuk dalam urutan 5 teratas tangga album Britania. Lagu pertama mereka yang sampai di Top 40 Amerika Serikat adalah "Happy Jack" diikuti "I Can See for Miles" yang masuk dalam Top 10 pada tahun yang sama. Mereka sampai di puncak kepopuleran dengan konser mengesankan di festival musik Monterey[3] dan Festival Woodstock Album Tommy (1969) merupakan awal dari rangkaian album top 10 mereka di Amerika Serikat, diikuti Live at Leeds (1970), Who's Next (1971), Quadrophenia (1973), The Who By Numbers (1975), Who Are You (1978), dan The Kids Are Alright (1979).

The Who ditinggalkan oleh pemain drum Keith Moon yang meninggal dunia pada tahun 1978 dalam usia 32 tahun. Bersama pemain drum pengganti Kenney Jones, The Who merilis dua album studio sebelum akhirnya bubar pada tahun 1983. Album Face Dances (1981) masuk di urutan 5 teratas Amerika Serikat dan Britania, sementara It's Hard (1982) masuk di urutan 5 teratas tangga album Amerika Serikat. Mereka hanya melakukan reuni untuk peristiwa-peristiwa besar seperti Live Aid dan tur-tur reuni seperti tur ulang tahun ke-25 pada tahun 1989, dan tur Quadrophenia tahun 1996 dan 1997. Pada tahun 2000, tiga anggota The Who yang tersisa, membahas kemungkinan rekaman sebuah album dengan materi baru, namun rencana mereka untuk sementara batal akibat meninggalnya pemain bas John Entwistle (57 tahun) pada 2002. Townshend dan Daltrey terus melanjutkan nama The Who, dan mereka merilis album studio Endless Wire pada tahun 2006, dan masuk ke urutan 10 teratas di Amerika Serikat dan Britania Raya.

The Who diabadikan di dalam museum Rock and Roll Hall of Fame pada tahun 1990. Pameran tentang mereka di dalam museum mengenang band ini sebagai "Penantang utama, dalam pandangan banyak orang, untuk gelar Band Rock Terbesar Dunia." Mengenai masa-masa The Who sebagai kuartet, Harian Los Angeles Times menyebut mereka sebagai "rival The Beatles, Bob Dylan, dan The Rolling Stones sebagai suara remaja dalam musik rock yang paling utama."[7] Time Magazine memuji pada tahun 1979, "Tidak ada grup lain yang pernah mengeksplorasi rock sejauh itu, atau menuntut begitu banyak darinya."Mereka menerima Penghargaan Pencapaian Seumur Hidup dari Industri Fonografi Britania (BPI) pada tahun 1988, dan dari Grammy Foundation pada 2001. Townshend dan Daltrey pada tahun 2008 menerima penghargaan dalam acara tahunan Kennedy Center Honors ke-31


Masa-masa awal

Pada awal 1960-an, Townshend dan Entwistle memulai grup musik berirama trad jazz bernama The Confederates. Townshend bermain banjo dan Entwistle memainkan french horn yang dipelajarinya dalam band sekolah. Daltrey bertemu Entwistle yang sedang berjalan menyusuri jalan dengan sebuah gitar bas tersandang di bahu, dan memintanya untuk bergabung dalam band bernama The Detours yang dibentuknya tahun sebelumnya. Setelah beberapa minggu, Entwistle menyarankan agar Townshend diikutkan sebagai gitaris tambahan. Pada awalnya, band mereka memainkan berbagai irama musik yang cocok untuk pub dan rumah pertunjukan tempat mereka tampil, namun mereka kemudian lebih banyak main rhythm and blues. Musik mereka dipengaruhi secara kuat oleh blues Amerika dan musik country. Formasi awal band ini terdiri dari Roger Daltrey pada gitar utama, Pete Townshend pada gitar ritme, John Entwistle pada bas, Doug Sandom pada drum, dan Colin Dawson sebagai vokalis. Setelah Dawson keluar, Daltrey beralih sebagai vokalis, dan Townshend menjadi satu-satunya gitaris. Sandom keluar pada tahun 1964, dan Keith Moon masuk sebagai pemain drum.

The Detours berganti nama sebagai The Who pada Februari 1964, formasi mereka menjadi lengkap setelah bergabungnya Keith Moon tahun itu. Mereka sempat mengganti nama sebagai The High Numbers ketika berada di bawah manajemen Peter Meaden dari kalangan mod. Mereka merilis sebuah singel, "Zoot Suit/I'm the Face" yang ditujukan bagi penggemar subbudaya mod. Setelah singel mereka gagal masuk tangga lagu, mereka kembali menyebut diri sebagai The Who. Meaden dicopot dari jabatan manajer untuk digantikan oleh tim manajemen Kit Lambert dan Chris Stamp yang kebetulan melihat mereka sedang bermain di tempat minum Railway Tavern. Mereka lalu menjadi terkenal di kalangan anak muda generasi mod tahun 1960-an di Inggris yang senang skuter dan musik rhythm and blues, soul, dan beat music.

Pada September 1964, selama pentas di Railway Tavern yang berada di Harrow and Wealdstone, London, Townshend secara tidak sengaja merusak kepala gitar yang dimainkannya akibat membentur langit-langit. Marah akibat tertawaan para penonton, Townshend menghancurkan gitar tersebut di atas panggung. Ia mengambil gitar yang lain, dan pertunjukan kembali dilanjutkan. Konser berikutnya dihadiri banyak penonton, tapi Townshend menolak untuk menghancurkan gitar lagi. Moon akhirnya merusakkan drum setelah kerumunan penonton berteriak-teriak mengejek Townshend. Penghancuran instrumen akhirnya menjadi salah satu atraksi konser The Who selama beberapa tahun berikutnya. Peristiwa di Railway Tavern disebut-sebut majalah Rolling Stone sebagai salah satu dari "50 Momen yang Mengubah Sejarah Rock 'n' Roll".

Pete Townshend adalah pencipta sebagian besar lagu-lagu The Who. Entwistle juga menulis lagu, sementara Moon dan Daltrey hanya kadang-kadang menyumbang lagu pada tahun 1960-an dan 1970-an.

Lagu-lagu awal dan My Generation

Lagu hit pertama dari The Who adalah "I Can't Explain" pada bulan Januari 1985. Lagu tersebut dipengaruhi oleh The Kinks, karena Shel Talmy yang berasal dari Amerika Serikat juga menjadi produser The Kinks. Lagu "I Can't Explain" hanya sedikit diputar di Amerika Serikat, terutama oleh DJ Peter C Cavanaugh dari raido WTAC AM 600 di Flint, Michigan. "I Can't Explain" akhirnya masuk dalam urutan 10 besar tangga lagu Britania, dan diikuti oleh "Anyway, Anyhow, Anywhere" ciptaan Townshend dan Daltrey.

Album perdana My Generation (diedarkan sebagai The Who Sings My Generation di AS) juga dirilis pada tahun 1965. Di dalamnya terdapat lagu "The Kids Are Alright" dan lagu "My Generation". Lagu hit mereka yang berikutnya adalah "Substitute" pada tahun 1966, mengisahkan pemuda yang merasa sebagai penipu. Townshend waktu itu banyak mengetengahkan tema-tema pubertas, kekecewaan, serta kecemasan di kalangan remaja. Lirik "I'm a Boy" tentang seorang anak lelaki berpakaian seperti seorang gadis, dan "Happy Jack" tentang seorang pemuda yang mentalnya terganggu.

[sunting] A Quick One dan The Who Sell Out

Meskipun sukses sebagai band yang menciptakan singel-singel hit, Townshend ingin album memiliki tema, dan bukan hanya merupakan kumpulan lagu-lagu. Townshend pernah berkata bahwa "I'm a Boy" adalah awal usahanya membuat opera rock. Dalam album A Quick One sudah terlihat tanda-tanda bahwa The Who sedang menuju ke arah opera rock. Di dalamnya terdapat lagu medley "A Quick One While He's Away" yang seperti bercerita, dan disebut mereka sebagai opera mini.

Album A Quick One diikuti pada tahun 1967 oleh singel "Pictures of Lily" dan sebuah album konsep The Who Sell Out. Di dalamnya berisi lagu-lagu yang seperti sedang diputar oleh radio gelap, lengkap dengan jingel penuh humor dan iklan-iklan. Album The Who Sell Out juga berisi lagu "I Can See for Miles" dan opera rock singkat, "Rael" yang bagian penutupnya kemudian dimasukkan ke album Tommy. The Who kembali beraksi menghancurkan peralatan di Festival Pop Monterey tahun itu, dan mengulangi rutinitas mereka di Smothers Brothers Comedy Hour dengan meledakkan perangkat drum Keith Moon. Bertahun-tahun kemudian, sewaktu pengambilan gambar The Kids Are Alright, Townshend mengaku bahwa sejak ledakan itu, pendengarannya mulai terganggu. Perangkat drum Moon diisi dengan bahan peledak yang berlebihan karena Keith Moon menyuap awak panggung. Bunyi ledakan yang dihasilkan jauh lebih kuat daripada yang diperkirakan. Saluran musik VH1 memasukkan insiden tersebut dalam daftar 100 Momen Terbesar dalam Sejarah Rock 'n' Roll di Televisi.

[sunting] Tommy

Pada tahun 1968, The Who menjadi bintang di Festival Musik Schaefer yang diadakan di Central Park, dan selanjutnya merilis singel "Magic Bus". Pada bulan Desember, mereka ikut ambil bagian dalam The Rolling Stones Rock and Roll Circus, dan mempertontonkan opera mini mereka, "A Quick One While He's Away". Masih pada tahun 1968, Townshend menjadi subjek pertama wawancara Rolling Stone. Townshend mengatakan ia sedang mengerjakan sebuah rock opera yang lengkap. Hasilnya adalah opera rock Tommy yang nantinya disebut sebagai opera rock pertama dan tercatat sebagai markah penting dalam sejarah musik modern.

Dalam menciptakan lagu, Townshend waktu itu sedang dipengaruhi oleh ajaran Meher Baba dari India, dan pengaruh tersebut terus terasa hingga tahun-tahun berikutnya. Baba dipercaya sebagai "Awatara" dalam album Tommy. Selain sukses secara komersial, album Tommy mendapat pujian setinggi langit, majalah Life menulis, "... untuk kekuatan yang dahsyat, penemuan, dan kecemerlangan permainan mereka, Tommy melampaui segala yang pernah dihasilkan studio rekaman." Melody Maker menyatakan, "Pastinya The Who adalah tolok ukur untuk band-band lainnya."

The Who mementaskan Tommy di Festival Woodstock tahun itu, dan sebuah film berjudul Tommy yang dirilis kemudian melambungkan kepopuleran The Who di Amerika Serikat. Walaupun Festival Woodstock tidak menarik bayaran dari penonton, The Who menuntut untuk dibayar sebelum main, walaupun tahu bank dan jalan-jalan sedang tutup pada jam 2.00 hingga jam 3.00 hari Minggu dini hari. Mereka baru setuju untuk bermain setelah salah seorang promotor, Joel Rosenman memberi mereka cek sebesar AS$11.200 (AS$68.597 nilai dolar AS sekarang).

Sewaktu di Woodstock, The Who terlibat dalam salah satu insiden memalukan selama pergelaran berlangsung. Pemimpin anggota partai radikal yippie Abbie Hoffman duduk di atas panggung bersama organisator konser Michael Lang ketika giliran The Who main. Hoffman bekerja di tenda medis sejak festival dibuka, dan sedang dalam pengaruh LSD. Hoffman sedang ingin mempublikasikan kasus John Sinclair yang dijatuhi hukuman penjara 10 tahun akibat menawari rokok berisi marijuana kepada petugas antinarkotika yang sedang menyamar. Hoffman meloncat dan merampas mikropon ketika sedang ada jeda singkat dalam pertunjukan opera Tommy. Ia berteriak memprotes dimasukkannya John Sinclair ke penjara, dan Townshend memaki dengan kata-kata kasar, serta memukul Hoffman dengan gitarnya. Hoffman meloncat turun dari panggung dan menghilang di tengah kerumunan.

Tahun 1970-an

Mereka memulai tahun 1970 dengan tampik dalam acara musik BBC yang memiliki rating tinggi, Pop Go The Sixties. Mereka membawakan lagu I Can See For Miles secara langsung dalam tayangan BBC1, 1 Januari 1970.

Live at Leeds

Pada Februari 1970, mereka merekam album konser Live at Leeds yang dipuji kritikus sebagai album konser rock terbaik sepanjang masa.[23][24][25][26][27][28][29] Album ini aslinya berisi sebagian besar lagu-lagu hard rock yang direkam dalam konser The Who di Leeds, namun sekarang sudah dirilis ulang dan ditambah dengan versi mastering ulang. Masalah-masalah teknis yang dijumpai dalam rekaman asli sudah diperbaiki, ditambah dengan potongan-potongan konser Tommy, singel-singel awal, serta ocehan mereka di atas panggung. Versi piringan ganda berisi konsep lengkap Tommy. Konser di Universitas Leeds merupakan bagian dari tur Tommy. Mereka tidak hanya bermain di gedung opera, melainkan juga mencatat sejarah bagi The Who sebagai band rock pertama yang pentas di Metropolitan Opera, New York City. Pada Maret 1970, The Who merilis lagu "The Seeker" yang menjadi hit di Britania Raya.

Lifehouse dan Who's Next

Pada Maret 1971, mereka mulai merekam lagu-lagu baru di bawah pengarahan Kit Lambert di New York. Lagu-lagu tersebut ditulis Townshend untuk opera rock berikutnya, Lifehouse, dan mereka melanjutkan rekaman di bawah arahan Glyn Johns pada bulan April 1971. Beberapa lagu terpilih plus sebuah lagu yang berhubungan (dinyanyikan oleh Entwistle) dikemas dalam sebuah album studio tradisional Who's Next. Album ini menjadi album mereka yang paling banyak dipuji kritikus dan penggemar, namun akibatnya proyek Lifehouse terhenti. Dalam tangga lagu pop Amerika Serikat, Who's Next naik sampai ke urutan nomor 4, dan urutan nomor 1 di Britania Raya. Dua lagu dari album Who's Next, "Baba O'Riley" dan "Won't Get Fooled Again" sering dikutip sebagai contoh perintis pemakaian synthesizer dalam musik rock; dua jalur rekaman kibor dibuat secara waktu nyata dengan sebuah organ Lowrey[30] (walaupun dalam "Won't Get Fooled Again", suara organ diproses lebih dulu melalui sebuah synthesizer VCS3). Suara-suara synthesizers masih dapat didengar di bagian-bagian lagu lainnya dalam album, seperti dalam lagu "Bargain", "Going Mobile", dan "The Song is Over". Pada bulan Oktober 1971, The Who merilis lagu "Let's See Action" yang masuk di peringkat 20 teratas tangga lagu Britania. Pada 4 November 1971, mereka membuka Rainbow Theatre di London, dan bermain di sana selama tiga malam. Pada tahun berikutnya (1972), mereka merilis singel "Join Together" yang sampai di peringkat 20 teratas lagu Britania dan "The Relay" yang sampai di peringkat 40 teratas tangga Amerika Serikat.

Quadrophenia dan By Numbers

Album Who's Next diikuti oleh Quadrophenia (1973) sebuah album opera komplet kedua dari The Who. Kisahnya tentang seorang anak laki-laki bernama Jimmy yang berjuang untuk harga diri bersama keluarga dan teman-teman, namun sakit mental.[31] Latar cerita adalah bentrokan generasi pendukung mod melawan generasi Rocker pada awal tahun 1960-an di Inggris, terutama di Brighton. Album ini sampai di peringkat kedua tangga album Inggris dan Amerika Serikat. Tur keliling di Amerika dimulai 20 November 1973 di Cow Palace, Daly City, California yang berada di pinggiran kota San Francisco, California. Ketika konser sedang berlangsung, Keith Moon tidak sadarkan diri ketika mereka sedang memainkan "Won't Get Fooled Again". Setelah Moon pingsan untuk kedua kalinya, Townshend bertanya kepada penonton, "Ada di sini yang bisa main drum? Maksud aku seseorang yang betul-betul bisa." Seorang penonton naik ke atas panggung, ia bernama Scot Halpin, dan menawarkan diri untuk bermain bersama The Who. Townshend memintanya bermain drum untuk lagu blues standar "Smokestack Lightning", "Spoonful", dan "Naked Eye".[32]

Keith Moon, tahun 1975

Pada tahun 1974, The Who merilis album kompilasi Odds & Sods yang menampilkan beberapa potongan karya mereka dari proyek Lifehouse yang dibatalkan. Album tahun 1975 mereka, The Who by Numbers berisi lagu-lagu yang telah dibuat sebelumnya, termasuk lagu "Squeeze Box" yang sukses sebagai lagu hit. Beberapa kritikus menilai album By Numbers sebagai "pesan bunuh diri" Townshend.[33] Sebuah film dari opera rock Tommy karya sutradara Ken Russell juga dirilis pada tahun 1975. Daltrey sebagai peran utama, dan Townshend mendapat nominasi Academy Award untuk Lagu Asli Terbaik. Pada Desember tahun yang sama, The Who mencatat rekor untuk konser arena tertutup dengan jumlah penonton terbanyak di Pontiac Silverdome.[34] Sebuah rekor lagi dicatat The Who pada tahun 1976, kali ini sebagai band dengan konser paling ribut di dunia, dan rekor tersebut bertahan lebih dari satu dekade di Guinness Book of World Records.[18]

Who Are You dan kematian Moon

Daltrey dan Townshend, 21 Oktober 1976

Pada 18 Agustus 1978, mereka merilis Who Are You. Album ini sukses menjadi album The Who terlaris pada saat itu, dan sampai di urutan kedua tangga lagu Amerika, sekaligus meraih piringan platina di Amerika Serikat pada 20 September 1978. Keberhasilan ini diikuti kematian Keith Moon dalam tidurnya pada 7 September 1978 setelah overdosis Heminevrin (obat yang diresepkan untuk mengatasi putus alkohol) beberapa jam setelah pesta yang diadakan oleh Paul McCartney[35] Album Who Are You--album terakhir The Who bersama Keith Moon--bagaikan sebuah pertanda. Sampul albumnya memperlihatkan Moon duduk di kursi bertuliskan Not To Be Taken Away (Tidak Untuk Diambil), dan dalam lagu "Music Must Change" tidak ada bunyi drum. Kenney Jones, mantan The Small Faces dan The Faces bergabung sebagai pengganti Moon.

Pada 2 Mei 1979, The Who kembali ke panggung dengan konser di Rainbow Theatre, London, diikuti pertunjukan musim semi dan musim panas di Festival Film Cannes Perancis, Skotlandia, Stadion Wembley London, Jerman Barat, dan lima konser di Madison Square Garden, New York City.

Masih pada tahun 1979, The Who merilis film dokumenter The Kids Are Alright dan versi film dari Quadrophenia. Film Quadrophenia sukses sebagai film laris di Britania, dan mengungkap kegemilangan band ini di atas panggung, termasuk penampilan terakhir bersama Keith Moon. Pada Desember 1979, The Who menjadi band ketiga, setelah Beatles dan The Band yang ditampilkan sebagai sampul majalah Time. Artikel yang ditulis Jay Cocks memuji The Who sebagai "melebihi, bertahan labih lama, dan jauh lebih unggul" dari semua grup musik rock waktu itu.[8]

Tragedi Cincinnati

Sebuah tur kecil di Amerika Serikat dinodai tragedi 3 Desember 1979 di Cincinnati, Ohio. Kerumunan orang saling injak di Riverfront Coliseum, 11 tewas dan banyak lainnya terluka. Tragedi ini disebabkan adanya kelas festival di muka panggung, penonton yang datang paling dulu akan mendapat tempat paling depan. Ketika menunggu di luar, penggemar mendengar cek suara, dan menyangka konser sudah dimulai. Berbondong-bondong mereka memaksa untuk masuk, namun terjadi kemacetan yang berakibat fatal karena gerbang arena hanya terbuka sebagian.

Anggota The Who tidak diberi tahu tentang adanya korban tewas hingga konser usai. Pemerintah setempat khawatir kerumunan orang akan membuat kekacauan bila konser dibatalkan.[36] Anggota The Who sangat terguncang setelah mengetahui adanya korban tewasm dan meminta bantuan untuk melakukan tindakan pencegahan yang tepat di arena konser berikutnya. Dari atas panggung malam berikut di Buffalo, New York, Daltrey mengatakan kepada massa bahwa The Who telah "kehilangan banyak anggota keluarga kemarin malam dan acara malam ini dipersembahkan untuk mereka."

Tahun 1980-an

Perubahan formasi dan bubar

Mereka merilis dua album studio dengan Jones sebagai pemain drum, Face Dances (1981) dan It's Hard (1982). Album Face Dances menghasilkan singel "You Better You Bet" yang masuk tangga 20 teratas Amerika Serikat dan tangga 10 teratas Britania, dan "Another Tricky Day". Tiga video musik musik dari album Face Dances diputar oleh MTV pada bulan Agustus 1981. Walaupun kedua album tersebut laris dan It's Hard mendapat lima bintang dalam tinjauan di Rolling Stone, sebagian penggemar tidak begitu menyambut baik perubahan musik The Who. Meskipun demikian, "Eminence Front" masuk tangga lagu, dan "Athena" bahkan masuk ke dalam urutan 30 teratas di Amerika Serikat. Sementara itu, kehidupan pribadi Pete Townshend sedang hancur. Selain rumah tangganya berantakan akibat kebiasaan minum-minum, ia terjerumus sebagai pecandu heroin. Kawan-kawannya begitu terkejut melihat perubahan pada diri Townshend karena ia sebelumnya sangat dikenal antiobat terlarang. Townshend lepas dari ketergantungan obat bius pada awal 1982, namun diminta Daltrey untuk tidak ikut tur. Tidak lama setelah It's Hard, The Who memulai tur perpisahan karena Townshend menginginkan satu tur lagi The Who berubah menjadi band studio. Konser mereka tahun itu menjadi konser terlaku tahun 1982. Tiket terjual habis di stadion-stadion dan arena terbuka di Amerika Serikat.[37]

Townshend berusaha melunaskan utang album dari kontraknya dengan Warner Bros. Records pada tahun 1980. Sebagian dari tahun 1983 dihabiskannya dengan menulis materi baru untuk album studio. Meskipun demikian hingga akhir 1983, Townshend menyatakan dirinya sudah tidak mampu lagi menghasilkan materi yang pantas untuk The Who. Pete Townshend mengumumkan pengunduran dirinya pada Desember 1983, dan berharap Daltrey, Entwistle, dan Jones dapat meneruskan band tanpa dirinya. Townshend kemudian memusatkan dirinya pada proyek-proyek solo seperti White City: A Novel, The Iron Man (Daltrey dan Entwistle sebagai bintang tamu, dan dua lagu dalam album ditulis sebagai karya "The Who"), serta Psychoderelict yang merupakan pendahulu album Lifehouse.

Reuni

Pada 13 Juli 1985, The Who (termasuk Kenney Jones) bergabung kembali untuk satu kali kesempatan konser Live Aid di Wembley yang diorganisir Bob Geldof. Truk transmisi BBC putus sekring pada awal lagu "My Generation", dan gambar hilang sama sekali, tapi The Who terus bermain. Peristiwa ini menyebabkan sebagian besar dari video "My Generation" dan semua rekaman "Pinball Wizard" tidak dapat dilihat oleh pemirsa di seluruh dunia, namun audio untuk lagu "Pinball Wizard" dan lagu-lagu sisanya masih dapat terdengar melalui radio. Transmisi dapat dilanjutkan ketika The Who memainkan "Love, Reign O'er Me" dan "Won't Get Fooled Again".

Pada Februari 1988, The Who mendapat Penghargaan Pencapaian Seumur Hidup dari Industri Fonografi Britania (BPI). The Who memainkan beberapa lagu pada upacara penyerahan penghargaan (sekaligus penampilan Jones dengan The Who). Pada tahun 1989, mereka memulai tur reuni memperingati 25 tahun pendirian The Who yang diberi nama The Kids Are Alright. Tur reuni ini mengetengahkan lagu-lagu dari album Tommy. Simon Phillips pada drum, Steve "Boltz" Bolton pada gitar utama, sementara Townshend hanya memainkan gitar akustik dan beberapa bagian gitar ritme untuk tidak memperparah kerusakan pendengarannya. Orkes alat tiup dan tim penyanyi latar juga dilibatkan untuk memberikan suara yang lebih kaya sementara volume suara diturunkan agar tidak terlalu keras seperti tur-tur sebelumnya. Menurut Newsweek, "Kali ini tur The Who istimewa karena, setelah The Beatles dan Rolling Stones, hanya ada mereka." Sebagian dari konser mereka di Amerika Utara, tiketnya terjual habis, termasuk empat malam di Giants Stadium.[38] Secara total, mereka menjual lebih dari dua juta tiket. Dalam tur ini, mereka juga membawakan opera rock Tommy di Radio City Music Hall New York dan Universal Amphitheatre di Los Angeles yang mengajak beberapa bintang tamu. Sebuah album konser 2 CD, Join Together dirilis pada tahun 1990, namun hanya mampu sampai di urutan ke-188 tangga album Amerika. Video dari konser di Universal Amphitheatre yang dirilis tahun itu mendapatkan penghargaan platinum di Amerika Serikat.

Tahun 1990-an

Reuni sebagian

Pada tahun 1990, The Who diabadikan di Rock and Roll Hall of Fame. Dalam sambutannya Bono dari U2 berkaya, "Lebih dari segala band yang ada. The Who adalah band panutan bagi kami." Pameran sejarah The Who menyanjung mereka sebagai penantang utama untuk gelar "Band Rock Terbesar Dunia". Hanya The Beatles dan The Rolling Stones yang mendapat pujian serupa di Rock Hall.

Pada tahun 1991, The Who merekam ulang lagu "Saturday Night's Alright for Fighting" dari Elton John sebagai album tribut. Kesempatan tersebut merupakan terakhir kalinya mereka bekerja di studio bersama Entwistle. Pada tahun 1994, Daltrey merayakan ulang tahun ke 50 dengan dua konser solo di Carnegie Hall. Konser Daltrey dibantu Entwistle dan Townshend sebagai bintang tamu. Meskipun waktu itu hadir tiga anggota The Who, mereka tidak naik ke atas panggung bersama-sama, kecuali untuk lagu penutup "Join Together" bersama-sama bintang tamu lain. Daltrey mengadakan tur tahun itu bersama Entwistle dan ditemani John "Rabbit" Bundrick pada kibor, Zak Starkey (drum), dan Simon Townshend sebagai pengganti kakaknya (Pete Townshend). Daltrey menolak memakai nama The Who, walaupun sudah diberi izin oleh Townshend. Rekaman konser dirilis dalam album Daltrey Sings Townshend, namun tidak sukses secara komersial. Masih pada tahun 1994, The Who merilis satu set album, Thirty Years of Maximum R&B.

Kembali dengan Quadrophenia

Pada tahun 1996, Townshend, Entwistle, dan Daltrey membawakan Quadrophenia bersama beberapa bintang tamu dalam konser di Hyde Park. Starkey diajak sebagai pemain drum. Narasi disuarakan oleh Phil Daniels yang bermain Jimmy the Mod dalam film. Walaupun menghadapi kesulitan teknis, pertunjukan berakhir dengan sukses, dan mengawali pertunjukan selama enam malam di Madison Square Garden. Townshend hanya bermain gitar akustik. Mereka juga tidak memakai nama The Who. Kesuksesan konser Quadrophenia dilanjutkan dengan tur konser di Amerika Serikat dan Eropa sepanjang 1996 dan 1997. Townshend tidak hanya memainkan gitar akustik, namun juga gitar listrik untuk beberapa lagu pilihan. Pada 1998, VH1 menempatkan The Who dalam urutan ke-9 dalam daftar 100 Artis Terbesar Rock 'n' Roll.

Pada akhir 1999, The Who tampil konser berlima untuk pertama kalinya sejak tahun 1985, dengan bantuan Bundrick pada kibor dan Starkey pada drum. Pertunjukan pertama berlangsung 29 Oktober 1999 di MGM Grand Garden Las Vegas. Mereka berlanjut dengan penampilan secara akustik di konser amal tahunan Bridge School Benefit yang diorganisir Neil Young di Shoreline Amphitheatre, Mountain View, California pada 30 dan 31 Oktober 1999. Selanjutnya, mereka bermain pada tanggal 12 dan 13 November di House of Blues Chicago, sebagai konser amal untuk Maryville Academy. Dua acara amal Natal 22 dan 23 Desember 1999 mengakhiri perjalanan mereka di Shepherds Bush Empire, London. Tur kali ini merupakan konser jangka panjang pertama bersama Townshend pada gitar listrik setelah terakhir kalinya pada tahun 1982.

Tahun 2000-an

Konser amal dan kematian Entwistle

Setelah suksesnya konser tahun 1999, mereka diundang melakukan tur di Amerika Serikat pada tahun 2000, dan sebuah tur di Britania Raya pada November tahun yang sama. Tur dimulai tanggal 6 Juni di Pusat Konvensi Jacob K. Javits New York untuk mencari dana bagi Robin Hood Foundation, dan berakhir dengan sebuah acara amal untuk dana Teenage Cancer di Royal Albert Hall, 27 November 2000. Mereka mendapat tanggapan yang baik, dan ketiga anggota The Who mulai membicarakan sebuah album baru.[39] Masih pada tahun 2000, VH1 memasukkan The Who di urutan ke-8 daftar "100 Artis Hard Rock Terhebat". Mereka tampil dalam The Concert for New York City pada 20 Oktober 2001, dengan lagu "Who Are You", "Baba O'Riley", "Behind Blue Eyes", dan "Won't Get Fooled Again" sebagai penghargaan atas jasa departemen pemadam kebakaran dan polisi New York City. Pada tahun yang sama, The Who juga mendapat kehormatan untuk menerima Penghargaan Grammy untuk Pencapaian Seumur Hidup.[40]

Pada tahun 2002, mereka memainkan lima pertunjukan di Inggris. The Who main di Portsmouth pada 27-28 Januari, dan 31 Januari di Watford. Seterusnya mereka mengadakan dua pertunjukan untuk Teenage Cancer Trust Benefit di Albert Hall, 7 dan 8 Februari. Dua konser di Albert Hall merupakan penampilan Entwistle yang terakhir kalinya dengan The Who. Pada 27 Juni 2002, tepat sebelum dimulainya tur mereka di Amerika Serikat, Entwistle ditemukan meninggal di Hard Rock Hotel Las Vegas. Penyebab kematiannya adalah serangan jantung dengan kokain sebagai faktor penyebabnya.[41] Setelah mengalami penundaan singkat, tur diteruskan di Los Angeles dengan pemain bas Pino Palladino. Sebagian besar dari rekaman tur dirilis secara resmi dalam album Encore Series 2002. Pada bulan September 2002, majalah Q menyanjung The Who sebagai salah satu dari "50 Band yang Harus Dilihat Sebelum Anda Mati". Pada November 2003, The Who memasukkan 7 buah album dalam daftar 500 Album Terbesar Sepanjang Masa versi majalah Rolling Stone. Total album The Who hanya dapat disaingi oleh The Beatles, Rolling Stones, Bob Dylan, dan Bruce Springsteen.

Pada tahun 2004 The Who merilis "Old Red Wine" dan "Real Good Looking Boy" (masing-masing dengan Pino Palladino dan Greg Lake pada gitar bas), sebagai bagian dari sebuah antologi singel The Who: Then and Now. Mereka kemudian berangkat dalam tur 18 kali pertunjukan di Jepang, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat/ Semua pertunjukan dirilis dalam CD sebagai bagian dari Encore Series 2004. Band ini juga menjadi bintang di Isle of Wight Festival.[42] Pada tahun yang sama, majalah Rolling Stone memasukkan The Who dalam peringkat 29 daftar 100 Artist Terbesar Sepanjang Masa.[43]

Endless Wire

The Who dalam konser tahun 2007. Roger Daltrey (kiri), Pete Townshend (kanan), dibantu Zak Starkey (drum) dan John "Rabbit" Bundrick (kibor).

Pada musim semi 2005, The Who mengumumkan segera dikeluarkannya album studio pertama mereka setelah 23 tahun vakum (sementara diberi judul WHO2). Townshend terus mengerjakan materi album sambil menulis sebuah novela The Boy Who Heard Music di situs blog pribadinya. Novela tersebut dikembangkan menjadi mini-opera Wire & Glass yang dijadikan inti album The Who yang baru, dan selanjutnya diubah menjadi sebuah opera lengkap yang dipentaskan di Vassar College.

Dalam konser Live 8 Juli 2005, The Who tampil di panggung Live 8 di London. Masih pada tahun yang sama, sejarah The Who diabadikan di UK Music Hall of Fame. Mereka juga menjadi penerima pertama Penghargaan Freddie Mercury untuk Pencapaian Seumur Hidup di Bidang Musik dari Vodafone.[2]

Pada 30 Oktober 2006 (31 Oktober di AS), mereka merilis album Endless Wire yang merupakan album penuh pertama mereka dengan lagu-lagu baru sejak It's Hard pada tahun 1982. Di dalamnya terdapat sebuah opera mini pertama yang dibuat The Who setelah terakhir kalinya dengan "Rael" dalam album The Who Sell Out pada tahun 1967. Endless Wire menduduki urutan nomor 7 di majalah Billboard, dan urutan nomor 9 di Tangga Album Britania. Pada malam dirilisnya album Endless Wire (29 Oktober), The Who tampil sebagai atraksi penutup BBC Electric Proms di Roundhouse London membawakan bagian dari opera mini dan beberapa lagu dari album baru. Album Endless Wire dipromosikan dengan tur keliling The Who Tour 2006-2007. Hasilnya direkam dalam CD dan DVD yang menjadi bagian dari Encore Series 2006. Pada 27 Juni 2007, The Who tampil sebagai bintang utama dalam Festival Glastonbury.

Amazing Journey

Daltrey dan Townshend di Philadelphia sewaktu tur tahun 2008.

Pada bulan November 2007 dirilis sebuah film dokumenter Amazing Journey: The Story of The Who. Film ini berisi cuplikan gambar yang belum pernah dimasukkan ke dalam film-film dokumenter lainnya mengenai The Who, termasuk konser mereka di Universitas Leeds tahun 1970, serta konser Railway Hotel tahun 1964.

The Who mendapat kohormatan sebagai bintang acara VH1 Rock Honors 2008 di Los Angeles. Rekaman gambar berlangsung 12 Juli,[44] dan ditayangkan pada 17 Juli 2008. Pada minggu yang sama, 12 lagu The Who dimasukkan ke dalam permainan video Rock Band. Pada Oktober 2008, The Who berangkat tur ke empat kota di Jepang dan 9 kota Amerika Utara. Pada bulan Desember 2008, mereka datang untuk menerima penghargaan Kennedy Center Honors. Acara ditutup dengan koor anggota kepolisian dan pemadam kebakaran untuk membalas kebaikan The Who yang telah tampil di The Concert for New York City setelah terjadinya Serangan 11 September.[45]

Tur ke Australia dan Selandia baru selesai pada awal tahun 2009. Pada Agustus 2009, Townshend mengumumkan di situs web The Who bahwa dirinya sedang mengerjakan musikal berjudul Floss. Kali ini tentang seorang rocker tua bernama "Walter". Beberapa lagu di antaranya akan dimasukkan ke dalam album baru pada tahun 2010. Daltrey juga mengumumkan bahwa The Who akan melakukan tur pada tahun 2010.

Sumber: Wikipedia

Read Full 1 komentar
 

© Black Newspaper Copyright by Online Music Magz | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks